kasih ibu kepada beta..
tak terhingga sepanjang masa..
hanya memberi...
tak harap kembali..
bagai sang surya menyinari dunia...
Syair lagu yang syarat kasih dari seorang ibu.
Namun tidak demikian dengan yang kualami. Perjalanan waktu dari detik ke
detik selalu merindukan kehadiran sesosok ibu yang hingga saat ini belum pernah
kurasakan ketulusan kasihnya,kehangatan dekapannya dan bahkan aku tak pernah
tahu seperti apa wajah ibuku, karena sejak aku berusia 1 bulan ibuku telah
membuangku...ibu dimana kau ibu..???
Aku adalah
seorang wanita yang kebanyakan orang bilang bahwa aku memiliki paras yang
lumayan cantik dan manis. Aku sangat bersyukur ternyata aku masih diberikan
kelebihan itu oleh Tuhan. Semenjak aku kecil hingga kini dewasa, aku belum
pernah merasakan betapa senangnya mempunyai seorang ibu yang setiap hari
membimbingku dan menina bobokan aku.mengajariku dan menjagaku, karena sedari
kecil aku telah ditinggalkan begitu saja oleh ibuku yang telah melahirkan aku.
Nenekku
bilang sejak kecil aku sudah ditinggalkan begitu saja oleh ibuku, hanya karena
kurangnya keharmonisan dalam rumah tangga yang dijalaninya.Beruntung nenekku
segera mengambilnya dari orang lain yang konon bukan siapa pun dari kerabat
yang ada, dan tak terbayangkan apa jadinya jika saat itu aku benar-benar
diberikan kepada orang lain. setidaknya sekarang aku masih bisa merasakan
kehangatan suasana keluarga walaupun bukan dari seorang ibu yang selalu aku
impikan.
Sejak kecil
aku dibesarkan oleh keluarga dari bapakku, atau tepat nya kakek dan nenek dari
pihak bapak, mulai dari usia 1 bulan, aku sudah dirawat oleh keluarga nenek dan
kakek. Aku adalah anak pertama dari perkawinan antara Zainal dan Romiyati yaitu
Bapak dan Ibu ku.Bapakku sunda dan ibuku jawa. Keluarga nenekku memang bukanlah
keluarga berada, walau aku tahu kakek dan nenek memiliki beberapa bidang tanah
yang mereka garap sebagai mata pencaharian keluarga kami. Di dalam keluarga,
bapak adalah anak pertama dari 10 bersaudara, maklum waktu itu pemerintah masih
belum menggalakan program keluarga berencana. bahkan orang tua dulu sering
beristilah " banyak anak banyak rejeki".
Walau
keluarga kakek terbilang keluarga besar dengan 10 orang anak, tapi kakek tak
pernah mengeluh untuk membesarkan dan mendidik semua anak - anak nya termasuk
aku sebagai cucunya. Aku sendiri memanggil kakek ku dengan sebutan Babah
sementara untuk nenek aku memanggil Emak, gak tahu gimana awalnya, yang aku
tahu adalah aku sudah terbiasa memanggil babah dan emak terhadap kakek dan
nenek ku sendiri hingga kini.
Nenek pernah
bilang padaku bahwa dulu pada saat aku masih kecil keluarga kami mengalami
kesusahan, atau paceklik. tidak hanya dikeluarga kami tapi keadaan serupa
dialami oleh semua warga atau tepatnya waktu itu kami mengalami musim paceklik.
Kemarau yang berkepanjangan dan gagal panen dimana-mana. Untuk kebutuhan makan
sehari-hari saja, keluarga kami terpaksa makan nasi pisang, yaitu nasi yang
berasal dari pisang yang dipotong kecil berbentuk dadu dan dikukus lalu ditaburi
parutan kelapa. Selain nasi pisang nenek juga membuat nasi oyek. yaitu nasi
yang terbuat dari singkong yang diolah terlebih dahulu.Suatu kondisi yang cukup
memprihatinkan, walau begitu tidak menyurutkan semangat babah dan emak untuk
tetap membesarkan kami semua.
Tak
terbayangkan betapa sulitnya waktu itu, babah dan emak berusaha membesarkan aku
dengan kondisi yang serba kesusahan, jangankan untuk makan enak dengan lauk
pauk, makan nasi dari beras saja sangat sulit sekali, karena mahalnya harga
beras dan jarangnya persediaan beras membuat masyarakat terpaksa mengkonsumsi
nasi yang terbuat dari singkon dan pisang.
Beruntung
babah memiliki beberapa bidang tanah yang ditamani singkong, sehingga dari
setiap hasil panen singkong babah tukarkan dengan sekaleng susu fullcream yang
bergambar sapi betina. sehingga aku masih mendapat asupan gizi yang memadai.
Tapi pernah juga disaat genting sekali dimana keluarga kami sudah tidak lagi
memiliki sesuatu yang bisa kami tukar lagi dengan sekaleng susu maka aku pun terpaksa
menyusu pada kerabat yang kebetulan memiliki bayi yang seusia dengan ku.
******
Krisis
Moneter yang terjadi di Indonesia membawa dampak yang sangat parah bagi seluruh
masyarakat di Indonesia, musim kemarau yang berkepanjangan dan gagal panen terjadi
dimana-mana. begitu juga dengan keluarga babah dan emak.
Dusun yang
tempat kami tinggal dan bernaung, dusun Tanjungsari desa Marga jaya kecamatan
Padangratu, yang terlihat hijau..saat itu menjadi dusun yang gersang, tak ada
yang bisa ditanami lagi selain tanaman ketala pohon atau singkong. Begitu pun
dengan keluarga babah, bidang tanah yang seyogyanya ditanami padi dan palawija
kini hanya tanaman singkong yang ada sejauh mata memandang. yah..berkat tanaman
ini pula keluarga babah bisa menyambung hidup dan membeli kebutuhan pokok yang
lainnya, termasuk kebutuhan susu formula untukku.waktu itu aku masih berumur
belasan bulan saat terjadi paceklik kata emak.
"Rama..kira-kira
neupi ka iraha nya usim paceklik teh..?? tanya emak kepada babah disuatu malam
seusai mengupas singkong untuk dibikin nasi oyek.'' iih ari emak..bapak mah teu
teurang, komo kahayang bapak mah hoyong geura rengse. Sing sabar wae
atuh..alloh moal teuing mere cobaan ka umat na lamun teu aya jalan kaluarna.
nah ayeuna mah kudu rajin-rajin ikhtiar jeung berdoa meh urang sakabeh diberi
kamudahan jeung jalan kaluar pikeun masalah nu ayeuna keur dialaman ku
sararea" kata babah penuh bijak mencoba menyemangati emak.
" lain
emak teu narima kaayaan hirup ayeuna..tapi emak teh bingung, lamun teu bisa
meli susu jang si Erma." jelas emak kepada babah,
"eta
geura nya si emak..ulah kitu atuh, gusti Alloh paling teu resep ningali umat na
nu putus asa. " Timpal babah sambil merapikan pekrjaannya. Malam itu
pekerjaan mengupas singkong jadi lebih cepat karena hampir seluruh anggota
keluarga yang ada turut anbil bagian membantu mengupas singkong.
Malam itu
terasa begitu cepat berlalu, udara malam yang dingin lambat laun sirna berganti
dengan sejuknya pagi yang cerah, namun cuaca pagi itu terasa sangat dingin.
Anak-anak dusun Tanjungsari masih pada berselimut sarung sehingga yang terlihat
hanya sebatas wajah saja. saking dingin nya mereka belum siap untuk terjun
kedalam sungai,beberapa diantaranya ada yang memilih tidur diatas batu lebar
yang biasa dipakai untuk mencuci oleh ibu-ibu didusun tersebut.
"Ayo
lan..mandi engke mah kaburu datang ibu-ibu.." ajak koko kepada mislan
sahabat karibnya,
"
hayuuu..eh, kok malah selimutan lagi...engke mah kaburu beurang.." jelas
koko lagi pada misalan sambil mencoba menarik sarung yang tengah dipakai
mislan.
"Sreeettt...hahahahaha
mislan telanjang...woy..mislan telanjang...hahahaha...liat..ngacung
burungnya...hahaha
melihat
gelagat tersebut mislan segera terjun kedalam sungai,
"
kampret kamu ko..orang aku masih ngantuk malah diplorotin..." umpat mislan
dari dalam sungai...diam diam mislan menyelinap ke tepi dibalik batu-batu besar
dan.mendekati anak-anak lain yang masih asik pulas diatas batu.tiba-tiba
" woooyyy..siapa
yang nyiram, sompret tenan lah " seru Hasan sambil ngedumel,
lagi -lagi
mislan makin kencang menyiram air sungai kearah Hasan dan Endut.
"
uuuuhhh dasar sompret...awas koe" !! seru endut segera melepas baju dan
celana langsung terjun ke sungai disusul oleh Hasan yang sudah tak memakai baju
dan celana segera terjun ke sungai.
"Woy...tar
siang kita kekebon yuk"??? ajak koko pada sahabatnya.
"Tapi
aku mengko arep ngarit dulu" jelas biyung disela-sela dingin yang
menggigil
" eh
yung mendingan koe ngaritnya mbe kita-kita, " kata mislan
'"
hayooo..udahan tar keburu datang yang lain," ajak endut dan hasan.
tanpa aba-aba
lagi kami berlima segera naik kedarat. kami adalah sekelompok sahabat yang
selalu pergi main bersama bahkan kami pun tak jarang sering nginep dirumah
masing-masing, begitu juga dengan aktivitas mandi, kami selalu melakukannya
bersama tak perduli walau kami harus telanjang bulat yang penting kami bisa
menikmati kebersamaan. Selesai mandi kami pun segera pulang kerumah
masing-masing untuk selanjutnya menyiapkan diri pergi kesekolah yang letaknya
tak jauh dari tempat tinggal kami.,.
Siang itu
diladang singkong milik babah.
" lan
sing okeh geh metik tangkai nya, biar wayang nya cepet jadi.." pinta koko
pada mislan yang tengah mengumpulkan tangkai daun singkong.
"Tapi
aku dibuatkan wayangnya juga...awas kalo gag dibuatkan..." jawab
mislan.sesaat suasana hening hanya suara desir anging yang meniup pucuk daun
singkong,
"
sreek-sreek.."
tiiba-tiba
terdengar suara aneh yang tak asing lagi, koko dan mislan saling berpandangan,
mereka pun sesaat berbicara dalam bahasa isyarat seolah tidak ingin terdengar
oleh pihak musuh, koko hanya mengankatkan kedua bahunya memberikan isyarat
bahwa koko memang tidak tahu, lalu koko kembali memberi isyarat dengan
meletakan jari telunjuk di bibir nya, dengan sebentar-sebentar telapak
tangannya didekatkan ke bagian telinga untuk mendengarkan biar jelas.Baik
mislan maupun koko sangat yakin kalou suara yang baru saja mereka dengar adalah
suara dari babi hutan, hama pengganggu ladang singkong. mislan segera memberi
aba - aba kepada koko untuk mengepung nya dengan posisi melingkar. mislan pun
tak lupa menyiapkan ketapel dengan biji batu yang selalu ia bawa disaat pergi
keladang. koko dan mislan mulai mengendap-endap mendekati sasaran..tapi ..
"
Daaaarrrrr" serentak saja koko dan mislan terkejut dan trejerembab
kebelakang diantara pohon singkong." hahahahahahahaha...hahahaha...kena
lo, maka na ari ulin teh tong ninggalkeun..." kata endut yang suka jahil,
tak lama disusul hasan dan biyung keluar dari persembunyian mereka.
" Untung
wae urang can ngabidik...terlambat saetik we sirah maneh jadi sasaran katepel
urang.." seru mislan.
***
Semenjak
kepergian ibuku yaitu Romiyati, bapak ku menjadi streess, terlebih kepergiannya
dengan sengaja memberikan bayinya yaitu aku kepada orang lain. menurut kabar
ibuku meninggalkan bapakku demi orang ketiga, ya alloh cerita apa lagi ini yang
harus kudengar. aku semakin bingung dan sulit untuk mencernanya. aku masih
terlalu muda dan dini untuk bisa memaknai semuanya.Sifat arogan nya mulai
menjadi. babah dan emak menjadi sedih dengan apa yang dialami oleh bapak.
"
Nak..sudah lah..mungkin ini bukan jodohmu, kamu masih muda dan babah yakin
masih ada yang bisa menggantikannya."
"
bah..saya bukannya tidak nerima dengan keadaan ini, Tapi saya merasa dibohongi
mentah-mentah, terlebih setelah dia meninggalkan darah dagingnya sendiri terus
dikasih ke orang lain, memangnya si rom pikir Saya itu dianggap
apa???"
Semenjak
kepergian ibuku kehidupan bapakku semakin tidak karuan, putus asa dan kesedihan
menjadi menu utama setiap hari. Hingga akhirnya bapak memutuskan untuk pergi
merantau.
Sudah hamper
satu setengah tahun lamanya bapak ku memduda hingga akhirnya bapak menikahi
seorang wanita yang cantik dan lembut yang bernama Bastinah. Mamah ubas
begitulah nama akrab yang biasa aku panggil padanya. Adalah sosok wanita
sekaligus seorang ibu yang sangat perhatian padaku. Dia adalah wanita asli dari
Sumendo atau Ogan. Bagiku aku tak perlu mempermasalahkannya. Toh dia sangat
saying dan mencintai aku seperti anaknya sendiri.
“ nah..hari
ini mamah dah bikin kue buat erma..gimana rasanya..???”
“ hem lezat
sekali..erma boleh nambah lagi gag??”
“ tentu
sayang..ini semua untuk kamu…” kata mama ubas seraya memotong sebagian kue lagi
untuk ku.
“ ohya ..erma
mau bantu mamah gag??”
“
mau..mau..apa itu mah?
“ Nanti kalau
kue nya sudah dihabis kan mamah pengin kamu mengantarkan kue ini ke emak dan
babah..pasti mereka akan sangat senang..” pinta mamah ubas
Segera aku
menghabiskan sisa kue yang ada..hem kenyang sekali rasanya. Aku pun segera
mengantarkan kue buatan mamah ubas ke rumah emak dan babah yang letaknya tidak
jauh dari rumah mamah ubas..
Dengan
tergopoh-gopoh aku mengucapkan salam.
“
Assalammuallaikum..mak”
“ wa alaikum
salam..” jawab emak dari dapur
“ ini ada kue
buatan mamah untuk emak dan babah..” kata ku setibanya nya didapur
“ ohya mak,
kuenya enak banget..erma aja udah habis dua potong lho..” jelasku kepada emak.
Akupun segera
pamit kembali untuk pulang kerumah mamah ubas. Bapakku sepertinya bahagia
sekali menyaksikan kerukunan yang kami miliki. Terlebih lagi bapakku sangat
bahagia sekali begitu mengetahui bahwa mamah ubas sedang mengandung calon bayi,
yah tepatnya calon adikku kelak.
Tanpa terasa
usia kehamilan mamah sudah membesar. Kalau kebanyakan orang bilang she sudah
waktunya. Aku jadi tak sabar ingin sekali mempunyai adik. Kira-kira sepeti
siapa ya dia? Hem ..makin penasaran saja. Dan aku semakin menyayangi mamah ubas
seperti mamah ku sendiri.
Pagi itu
seperti biasa mamah sudah bangun pagi sekali bertepatan dengan suara adzan di
masjid. Mamah segera pergi kesungai yang letaknya tak jauh dari rumah, untuk membersihkan
diri dan mengambil air wudlu. Kuliat mamah ubas begitu khusyuk dalam
menjalankan solat shubuh nya. Hingga rokaat yang terakhir. Selesai menunaikan
ibadah solat subuh mamah pun pergi kedapur untuk membuat sarapan pagi, memasak
air untuk mandi aku.
“ ayo erma
bangun dulu sayang udah siang..nanti malu akh, masa sicantik kok bangunnya
telat gitu..”
“ iya
mah..tapi mata erma masih ngantuk nich..”
“ iya mamah
juga tahu..tapi kalo sudah mandi kantuknya hilang kok.”
“Tapi
mandinya gag mau pake air dingin akh..mau pake air hangat aja…” kata ku manja.
Tak lama
kemudian aku pun sudah rapi. Aku sudah memakai baju dengan rapi.
“ ohya erma..nanti
siang erma main sama mamang dulu ya..mamah nanti siang mau pergi dulu..”
“ lo mamah
mau kemana seh, mamah mau berobat ya?? Tanyaku penasaran..
“ tidak
sayang mamah mau pergi jauh,..erma janji jangan nakal ya selama mamah pergi
nanti..”
“ baik mah..”
Seusai
memberiku sarapan mamah pun merapihkan rumah, menyapu dan mengepel lantai,
kemudian memasak untuk makan siang.
“ Nah
akhirnya selesai juga tugas hari ini…ohya erma, mamah mau istirahat dulu ya”
kata mamah seraya masuk kedalam kamar. Kulihat dari balik hordeng mamah memang
sangat capai sekali hari ini, ia pun mengambil bantal dan sejenak istirahat.
Aku segera pergi keluar, aku tak ingin aktifitas ku malah mengganggu istirahat
mamah ubas.
Walau usia ku
saat itu baru tiga tahun, tapi aku sudah mampu membantu hal-hal kecil yang
membuat orang semakin suka melihat ku, termasuk mamah ubas.
“
Assallammuallaikum..”
“ wa alaikum
salam..” jawab ku seraya membukakan pintu.
“ mamah ubas
nya kemana er..?” Tanya emak yang waktu itu mampir sepulang dari mencuci
dikali.
“ ada
mak..mamah nya sedang istirahat..dulu, tadi mah bilangnya begitu..”
“ hari ini
mamah gag mencuci baju ya?”
“ kayak nya
she enggak..soalnya nanti siang mamah mau pergi..” jawabku polos
“ ooohh..nanti kalau mamah udah bangun,
bilangin ya..ibu paraji nanti siang mau kesini mau ngurut mamah..” kata emak
seraya berlalu
“ iya nanti
erma sampaikan..”
Dirumah sepi
sekali..bapak pergi kekebon untuk menunas kopi dan mamah ubas lagi istirahat.
Perlahan aku berjingkat mengahampiri pintu dan pelan sekali aku membukanya
karna takut suara pintunya akan membangunkan mamah ubas. Perlahan lahan kaki ku
melangkah, dan aku pun segera melangkahkan kaki ke rumah emak.
Sesampainya
dirumah emak kulihat sosok wanita tua sekali, ia memandangiku dari atas hingga
kaki. Aku jadi penasaran, apakah wanita ini yang dimaksud emak tadi ya? Tanyaku
dalam hati.
“ edoh..ari
ieu budak saha..???” Tanya wanita itu kepada emak
“budakna si
zaenal anu ti pertama..”
“ooohhh…kutan
the geus gede..sabaraha tahun? Aya 3 tahunan eweuh? “
“ Engke bulan
juni nincak 3 tahun.” Jawab emak lagi.
“ ohya
erma..mamahnya udah bangun belum”?? Tanya emak
“belum
mak..Ya udah biar erma yang bangunin mak, siapa tahu mamah ubas sudah
bangun..” kata ku sambil berlalu menuju
kerumah.
Sesampainya
dirumah aku segera menuju kamar, kudapati mamah sedang tertidur begitu nyenyak
dengan posisi tertidur miring. Akupun mulai menggoyangkan tubuh dan kakinya,
tapi mamah tidak bangun juga. Kuraba tangan dan wajahnya ya alloh ternyata
mamah sedang sakit. Seluruh tubuhnya terasa dingin dan kaku. Tanpa panjang
lebar aku pun segera berlari menemui emak.
“
mak…emak..mamah nya gag bangun-bangun, kayaknya sakit, soalnya tadi erma pegang
tangan dan wajahnya pada dingin semua..” kata ku dengan nafas terengah-engah.
“ Hayu akh
nini..urang tempo heula, bisi gearing bener,..” ajak emak kepada wanita yang
dikatakannya sebagai dukun paraji.
Aku hanya
mengikuti dari belakang. Begiitu sampai dirumah, emakpun langsung menuju kamar
dan segera memeriksa keadaan mamah ubas. Tapi tiba-tiba emak menjadi lunglai
dan lemas begitu saja.
“ edoh ari
maneh kunaon..??” Tanya nini paraji penasaran
“ Ni..si ubas..”
“ iya..si
ubas kunaon..” Tanya nini makin penasaran
“ si ubas tos
teu aya..” jawab emak kelu dengan terbata-bata.
“ alah maneh
mah ulah sok guyon..” kata nini lagi seraya tak percaya dengan apa yang baru
saja diucapkan oleh emak, nini paraji pun segera memeriksa denyut nadi pada
tangan mamah ubas.Nini semaki tak percaya dengan apa yang ia raba, badannya
mulai melemas dlunglai. Sementara itu emak sudah mulai menagis sejadi-jadinya.
Aku menjadi bingung, ada apa sebenarnya yang terjadi, kenapa emak dan nini
paraji pada nangis. Kenapa mamah juga tidak bangun-bangun,
Didalam
kebingungan ku aku segera keluar dari rumah dan mencari bapak ke kebon kopi.
Aku teriak sejadi-jadinya agar suaraku dapat terdengar oleh bapak yang tengah
menunas kopi dikebon.
“ bapaaaaaaakkkkkk….Bapppaaaaaakkkk…Bapaaaakkk…”
teriakku
“uuuuuyyyyyy…”
terdengar sambutan dari arah depan ku. Aku bersyukur ternyata suara ku mudah
dikenali. Aku berlari menuju arah suara tersebut.
“ Pak..cepet
pulang..emak lagi nangis..” kata ku terengah-engah
Tanpa panjang
lebar lagi babah juga bapakku segera pulang kerumah. Sesampainya dirumah
kulihat banyak orang yang berdatangan ke rumah ku. Wajah mereka terlihat sedih
dengan air mata yang terus mengalir. Aku makin bingung ada apa dirumah
ini..kenapa semua orang mengangis,bapakku juga menangis.
Kudengar
lafad “ inalillahi wa inna ilaihi rojiun” dari setiap orang yang memasuki kamar
diamana mamah ubas terbaring nyenyak. Hari semakin siang, semakin banyak orang
yang datang, bapakku hanya bisa memelukku erat dengan linangan air mata
dipipinya, saat prosesi pengkafanan pada jenazah sudah usai.
Mamah ubas
telah pergi untuk selamanya. Pergi meninggalkan aku untuk selamnya, kulihat
keranda yang membawa jenazah mamah ubas bergerak menuju kepemakaman yang tak
jauh dari rumah emak. Sambil diiringi oleh langkah gontai semua orang yang
merasa kehilangan akan mamah ubas. Itulah masa terakhir aku melihatnya. Hanya
tinggal kenangan yang tersisa dalam benakku.
Seminggu
sudah sejak kepergian mamah ubas, suasana menjadi sepi dan layu, aku kembali
lagi bersama emak dan babah setelah mamah ubas tiada. Belum sirna penderitaan
dan kesedihan yang dialami oleh bapak ku, kini harus menahan kesedihan yang
makin dalam atas kepergian wanita yang dicintainya. Ya alloh andai saja aku
dapat merasakan apa yang bapakku rasakan. Tentu duka ini akan segera sirna.
Satu kenangan yang tak mungkin dapat aku hapus selama hidup ku. Dimana aku
masih diberi kesempatan menikmati kasih sayang dari seorang wanita, walau pun
itu bukan ibu kandungku.
*****
Tanpa terasa
waktu bergulir cepat. 3 tahun berlalu bapak ku sudah bisa menerima keadaan
pahit yang dialaminya. Hingga akhirnya bapak memutuskan untuk mencoba membangun
rumah tangga kembali. Bapak pun mengenalkan seorang wanita yang berasal dari
banten, Atin namanya. Bapak menikah dengan wanita itu. Semenjak menikah dengan
mamah atin bapak merencanakan untuk merantau. Hal ini dilakukan semata-mata
tidak ingin melihat kenangan yang selama ini telah membuatnya menderita dan
terluka. Biarlah bapak pergi toh aku masih memiliki emak dan babah juga dan
yang lainnya, yang selalu memberikan kebahagian untukku.
“
mak…bah..zaenal nitip erma, zaenal bukannya tega..tapi terus terang zaenal gag
bisa untuk tinggal disini terus, kalau setiap saat zaenal harus melihat
kenangan pahit, biarlah zaenal mencoba kehidupan baru diluar sana, zaenal minta
doa restunya dari emak dan babah..” kata bapakku disaat pamit sebelum akhirnya berpisah.
“ ya
sama-sama zaenal…emak juga babah ikut sedih kalau zaenal sedih, tapi kalau
memang ini sudah menjadi keinginan buat zaenal kedepannya..emak juga babah Cuma
bisa mendoakan semoga kamu bahagia di luar sana.” Kata emak
Sejenak
suasana haru pun menyelimuti kepergian bapakku ke rantau. Bapak pergi merantau
untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
Hari-hari
yang kulalui tanpa kasih sayang dari bapak dan ibu sangatlah berat bagiku. Aku
selalu berharap suatu hari aku masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan
ibu kandungku walau dalam keadaan sepahit apapun, aku ingin bertemu dengannya.
Aku ingin membalas budi padanya aku ingin bermanja dan berbagi kesedihan juga
kebahagian yang saat ini tengah kualami. Tapi aku sendiri tak tahu akan sampai
kapan kah aku merasakan kesepian, kehausan akan kasih seorang ibu. Walau kini
aku merasakan bahagia dalam hidupku tapi bukan itu yang ku mau. Aku mau
kebahagian itu datang dari seorang ibu yang telah melahirkan ku ke dunia ini,
bukan kebahagian yang selama ini aku dapat kan, kebahagian dari nenek dan kakek
ku.
Terkadang
dalam kesendirianku aku selalu termenung dan bertanya dalam hatiku dimanakah
ibuku ya Tuhan? Dosa apa yang telah ku perbuat hingga aku harus menerima
kesedihan ini. Kalau memang dia telah tiada tunjukan padaku dimana letak
kuburnya, dan kalau pun ia masih hidup dimana ia berada kini…
“ Erma..,
erma..erma..kok bengong..” Tanya bibi suatu hari
“ akh engga
bi..gak apa-apa kok erma Cuma kangen sama ibu erma..” kata ku keceplosan..”
bukan..maksud erma, erma Cuma lagi kangen sama mamah ubas kok..” kata erma
meralat.
“ sudah lah
erma sekarang mending mandi dulu..nanti kalo dah mandi kan seger lagi dech..”
saran bibi agen.
Aku pun
segera beranjak meninggalkan bibi sendiri diruang tamu, segera kuambil handuk
dan ember sabun lalu bergegas pergi ke kali untuk mandi.
“ Maafkan
bibi ya erma..bukannya bibi tak mau memberitahukan tentang ibu kandungmu..tapi
saat ini kamu masih terlalu dini untuk bisa mengerti permasalahan yang
sebenarnya.” Kata bibi sepeninggalan erma
“ bibi juga
tak ingin erma membenci ibu kandung erma jika nanti erma tahu keadaan yang
sebenarnya terjadi pada ibumu” kata bibi
Tak terasa
sudah setahun lebih aku tidak bertemu dengan bapakku, bagaimana kabarnya
disana? Aku semakin merindukannya. Aku berharap bapakku kembali lagi dan bisa
berkumpul kembali seperti dulu. Tentunya dengan keluarga yang baru.
Siang itu
sebuah mobil colt mini berhenti didepan rumah babah, seorang pria dengan
pakaian lusuh, turun dari mobil dengan membawa sebuah ransel tentara berwarna
hijau botol dipundaknya. Langkahnya begitu gontai tak bersemangat. Wajahnya
terlihat tua dengan kumis dan jenggot yang sudah tak terawatt. Aku, emak dan
babah yang saat itu tengah menjemur oyek menghentikan sejenak aktifitas saat
tahu ada seseorang yang memasuki pekarangan rumah kami. Emak dan babah saling
pandang penuh tanda Tanya. Tiba-tiba..
“Emak..Babah..maafin
Zaenal mak…” sambil bersimpuh dikaki emak
“ ini teh
saha…???” Tanya emak penasaran
“ abdi the
zaenal…emak anak emak” kata lelaki itu sambil terus menagis dan bersimpuh
dikaki emak.
Emak tak
kuasa menahan air matanya. Ia tak percaya bahwa yang ada dihadapanya adalah
zaenal anaknya.Aku serentak kaget begitu mendengar bahwa lelaki itu adalah
bapakku. Aku mencoba beranikan diri untuk mendekati bapakku.
“ kesini
nak..sini nak..ini bapak…”
Aku begitu
malu-malu mendekatinya. Tak lama kemudian suasana haru menjadi lumer. Perasaan
sungkan menjadi rasa kangen yang ada. Bapakpun segera kuajak masuk kedalam
rumah.
“
zaenal..gimana kabarnya atin..? kenapa kalian tidak datang berdua kesini..”
Tanya babah saat ia tahu bahwa bapakku datang hanya seorang diri.
‘
Puguhan..kieu..lalakon na..saya the kadie lain sengaja..hayang ulin tapi aya
sebab ku sabab na…saya dan atin sudah tidak cocok lagi..” jawab bapakku
tertunduk
“ gimana
ceritanyanya..?” Tanya emak
“ ya mungkin
bukan jodoh saya..” jawab bapakku sambil menerawang seolah ingin mengingat
persis apa yang terjadi selama berada dirantau.
Bapakku mulai
menceritakan kalao pernikahannya dengan atin tidak berujung pada kebahagiaan
yang dia cari. Atin lebih memilih memgikuti kemauan kedua orang tuanya
ketimbang kata-kata suaminya. Orang tuanya tak inging melihat atin menderita
lebih lama jika terus mempertahankan pernikahan dengan bapakku. Dan konon saat
ini hasil dari pernikahan dengan atin bapakku memiliki seorang anak laki-laki.
“terus..sekarang
anak kamu diasuh siapa? Kalau atin tidak mau lagi melanjutkan hubungan
kalian…?” Tanya babah
“ saat ini
diurus oleh neneknya..”
“ ya syukur
lah klo ada yang ngurus..sekarang klo memang sudah tidak bisa diharapkan lagi
untuk kedepapnnya..biar besok babah akan urus masalh percerainya. “ kata babah
“ setidaknya
mungkin itu yang terbaik untuk saat ini, dari pada kamu bersikeras untuk
mempertahankannya. “ tambah emak
“ mungkin
dalam waktu 3 hari kedepan babah akan kesana menemui keluarga atin..soalnya
babah juga perlu menyiapkan keperluan dan onkosnya..”
“
iya..zaenal..siapa tahu besok oyek ini sudah kering jadi bisa kita jual untuk
ongkos ke sana..” kata emak
Seperti apa
yang sudah direncanakan sebelumnya bahwa pada hari ini babah dan emak juga
bapak ku, akan pergi ke Mesuji dimana tempat itu adalah tujuan perantauan
bapakku dulu saat berpamitan dulu sewaktu selesai resepsi pernikahan nya dulu.
Bapak dan mamah atin memang pergi merantau ke Mesuji sewaktu menjadi pengantin
baru. Dan disana pula bapakku menjalani kehidupan berumah tangga bersama mamah
atin.
Kini babah
dan emak juga bapak pergi lagi ke Mesuji bukan untuk merantau tapi untuk
meluruskan permasalahan perceraian bapak ku dan mamah atin. Ya Alloh kenapa
harus selalu begini?? Mengapa disaat aku baru ingin merasakan sedikit
kebahagian lalu kau ambil lagi kebahagian itu..mengapa ya alloh
Perjalanan
dari dusun ku Tanjung sari ke Mesuji ditempuh dengan setengah hari perjalanan.
Itu termasuk cepat karena menggunakan kendaraan motor yang waktu itu babah
sengaja menyewa dari salah seorang teman babah.
Siang itu
babah dan emak juga bapak ku sudah sampai di Mesuji, disebuah rumah kecil yang
berdinding papan, dengan atap dari seng. Dengan memiliki hanya satu buah kamar
tidur. Ya begitulah kondisi kebanyakan rumah yang ada didaerah transmigrasi,
kecil dan berderet sepanjang jalan perkebunan sawit dan karet .
Motor pun
segera diparkir didepan rumah. Mendengar ada suara motor, penghuni rumah pun
segera keluar, tapi bukan untuk menyambut kedatangan babah dan emak atau pun
bapak ku, melainkan serta merta memaki dan mengusir bapak ku.
“ untuk apa
akang datang lagi…” kata mamah atin saat tahu yang datang adalah bapakku.
“ ya akang
datang kesini untuk menyelesaikan permasalahan kita..” jawab bapak ku
“ atin..babah
juga emak datang kesini bukan untuk mencari ribut tapi ingin meluruskan
permasalahan yang kalian alami..” kata babah
“ iya
atin..emak jauh-jauh datang kesini semata-mata karena emak kasihan sama kalian
berdua..zaenal juga atin..” kata emak menambahkan
“ apalagi
emak denger dari zaenal bahwa kalian sudah punya anak laki-laki..masa emak
sebagai neneknya gak boleh lihat cucu sendiri..” tambah emak lagi
“ sudah
atin..jangan diladenin orang begitu mah..lebih baek kamu masuk “ kata seorang
laki-laki dari dalam rumah.
“ iya bah..”
kata atin seraya masuk kedalam rumah dan meninggalkan emak, babah dan bapak
didepan rumah.
“
atin..atin..atin…buka dulu pintunya, biarkan akang bicara dulu, akang tahu kamu
kecewa sama akang tapi tolong jangan libatkan orang tua akang yang sudah
jauh-jauh datang kesini..” kata bapak ku didepan pintu
“ akang tahu
ini tidak mudah bagi kita untuk diteruskan..tapi akang mohon..tolong jangan
persulit keadaan kalau atin memang menginginkan permasalahan ini cepat
selesai..” kata bapak ku
“
baik..dengan satu syarat..atin tidak mau mengurus anak hasil dari perkawinan
yang sialan ini..” teriak atin dari dalam rumah.
“ ya..akang
bersedia merawatnya…tapi tolong buka dulu pintunya..” pinta bapak ku
Tak lama
kemudian pintu itu terbuka perlahan, sesosok lelaki dari dalam pun
mempersilahkan masuk dengan tanpa basa-basi.
“ begini
Pak..kita tak usah bertele-tele, langsung ke pokok permasalahan saja. Mulai
sekarang saya mohon sama keluarga bapak terutama pada zaenal untuk segera
menceraikan anak saya atin..” kata bapak nya atin dengan tegas
“ saya tak
mau kalau nanti anak saya harus hidup dalam kesengsaraan..” kata bapak atin
lagi
“ maaf
beribu-ribu maaf, saya sebagai orang tua tidak punya hak untuk mencampuri
kehidupan rumah tangga, walau pun itu anak sendiri.” Jelas babah
“ sebagai
orang tua wajib menasehati anaknya bila dalam kesulitan bukan memojokan anak
apalagi mengompori anak supaya bercerai..” kata babah dengan sengit
“ bapak
menuduh saya ya..” kata bapak atin berang
“ saya bukan
menuduh bapak..tapi saya mohon ke bapak..tolong beri nasehat, beri petunjuk
kalau anak-anak selama ini ada dalam kehilafan..” kata babah lagi
“ akh..sudah,
begini saja..Atin..tolong panggil ibu kamu suruh skalian bawa si syarif setelah
itu kamu panggil juga pak Rt kalau ada..” kata bapaknya atin
Atin pun
segera keluar dan berlalu meninggalkan ruangan untuk memanggil ibunya. Tak lama
kemudian masuklah seorang ibu sambil menggendong seorang bayi laki-laki yang baru
berumur enam bulan. Disusul seorang lelaki yang katanya adalah ketua Rt
setempat.
“
baiklah..karena semua sudah kumpul dan disaksikan langsung oleh pak Rt, saya
atas nama keluarga atin meminta kepada bapak dalam hal ini zaenal untuk segera
menceraikan anak saya.” Kata bapak atin
“ bagaimana
dari pihak keluarga Pak suhaya, apa merasa keberatan dengan permintaan dari
keluarga atin..” kata pak Rt
“ Saya
sebenarnya merasa keberatan sekali, tapi apa mau dikata..kalau memang sudah
tidak bisa lagi untuk dipertahankan malah akan menjadi kurang bagus.” Kata
babah
Akhirnya
walau harus dengan berat hati babah menyaksikan perceraian ini, tapi babah
sendiri tidak kuasa untuk menahannya keutuhan dari rumah tangga tersebut. Satu
pelajaran lagi yang didapat oleh bapak ku dalam berumah tangga. Setelah selesai
mengurus semua administrasinya, akhirnya babah dan emak juga bapak pulang
kembali ke dusun dengan membawa sikecil syarif, yang saat itu baru enam bulan
usianya.
Ke esokan
harinya babah dan emak juga bapak tiba di dusun Tanjung sari bersama sikecil
syarif. Aku merasa gembira karena memiliki seorang adik laki-laki yang lucu.
Tapi aku tidak melihat dan merasakan kebahagian pada bapak ku sendiri. Ya Alloh
cobaan apa lagi yang kau berikan pada bapak ku..mengapa ia selalu gagal dalam
menjalani bahtera rumah tangga ini ya alloh..
Kedatangan
babah juga emak dari Mesuji disambut meriah oleh sanak kerabat yang lain,
mereka bergembira terlebih ingin melihat sikecil syarif yang baru datang dari
Mesuji. Tapi tidak bagi bapak ku. Ia lebih banyak mengurung diri didalam
kamar..babah maupun emak tidak bisa berbuat banyak terhadap bapak ku.
Hari-hari
yang dijalani bapak terasa hampa, duka yang mendalam tak kunjung sirna jua dari
kehidupan kami, berturut-turut bapak didera oleh derita kegagalan dalam berumah
tangga. Mulai dari perkawinan pertamanya dengan ibu ku romiyati, yang kandas
begitu saja karena orang ketiga, bapak ku juga aku dicampakkan begitu saja.
Lalu menikah lagi dengan seorang wanita asal ogan sumendo yang bernama bastinah
atau aku sering memanggilnya mamah ubas. Perkawinan yang ke dua kandas lagi
karena mamah ubas dipanggil lebih dulu oleh yang maha kuasa. Kepergian mamah
ubas sangat mengguncangkan jiwa bapak. Hamper nyaris gila bapak dibuatnya.
Untunglah akhirnya bapak memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang gadis
dari banten yaitu mamah atin. Di pernikahan yang ketiganya, bapak memiliki
seorang anak laki-laki yang bernama syarif. Namun pernikahan yang ketiga pun
gagal lagi karena terlalu banyak nya rongrongan dari pihak atin. Sehingga
dengan sangat terpaksa dan berat hati
bapak mengikuti keinginan dari pihak keluarga atin untuk bercerai walau pun
terasa berat.
Aku yang saat
itu masih baru menginjak usia sekitar 4 tahun. Belum mengerti tentang semua
kehidupan yang terjadi. Yang kutahu hanyalah saat itu aku merasakan betapa
bahagianya masa kecilku. Aku memeiliki babah dan emak juga mamang dan bibi yang
selalu menjagaku, memberikan kebahagian dan kehangatan.
Meskipun
kehidupan masa kecilku jauh sekali dari kata berkecukupan, bahkan untuk
membayar uang sekolahku saja babah dan emak harus bekerja lebih keras lagi,
termasuk membuat dan mengolah singkong menjadi panganan yang disebut Oyek.
Untuk bisa dijual kepasar.
Beruntung
emak masih memiliki seorang anak yang suami nya saat itu menjabat sebagai
kepala dusun dikampung ku. Uwak memang
sering berkunjung dan mengirimi emak sembako untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang kami jalani.Yah ..walau tidak banyak dan jarang tapi cukup membantu perekonomian keluarga
emak terutama disaat seperti sekarang. Disaat perekonomian semakin sulit untuk
mendapatkan kebutuhan bahan pokok.
Berkat
uwak juga aku masih bertahan hidup
karena disaat emak kesulitan mendapatkan susu formula untuk ku, uwa selalu
menyisihkan uangnya untuk membelikan susu formula untuku. Saat itu memang
sedikit sulit untuk mendapatkan sekaleng susu full cream. Beruntung emak
memilih susu full cream Dancow yang saat itu harganya sangat terjangkau untuk
kalangan ekonomi bawah. Jika dibandingkan dengan brand yang lain.
Aku tumbuh
menjadi anak yang cerdas dan sehat. Saat masih kecil aku jarang sakit bahkan
aku terbilang jarang minum obat sakit atau pun vitamin sepertinya layaknya
anak-anak sekarang hamper setiap ibu-ibu selalu memberikan suplemen berupa vitamin
buat anak tersayangnya. Tapi aku sendiri tidak pernah sama sekali. Emak selalu
membiasakan agar aku senantiasa mengkonsumsi buah dan sayur yang ada. Walau
Cuma sebatas buah pisang yang ku makan.
Waktu pun
bergulir begitu cepat, siang itu kulihat babah, emak , bapak juga anggota
keluarga yang lain tengah berkumpul diruang tengah. Mereka tengah merundingkan
rencana pernikahan bapak ku. Ya Alloh..aku mohon pada mu jadikan ini perkawinan
yang terakhirnya..jangan lah kau berikan cobaan lagi kepada bapak ku. Cukup lah
yang kemaren saja bapak mengalami kepedihan dan kepahitan berumah tangga. Tiga
kali gagal dan kandas dalam berumah tangga membuat bapak semakin terpuruk
dengan cobaan yang bertubi-tubi.
“ Jadi kapan
rencananya kamu akan melamar..?” Tanya babah
“ Saya belum
tahu pastinya kapan, karena saya juga harus lebih hati-hati juga
mempertimbangkan lebih matang lagi..” jawab bapak ku sambil menghela napas
sejenak.
“ saya juga
gag mau gagal dan kandas seperti kemaren..” kata bapak lirih
“ ya kalo
emak Cuma bisa pesen sama kamu, yang lalu ya sudah biarkan berlalu, setiap
orang pasti punya masa sulit dan kenangan pahit, dan jadikan itu sebagai
pelajaran buat kamu kedepannya.” Kata emak
“ Kalau kamu
sudah merasa cocok dengan yang sekarang, Cuma saja perlu kamu perhatikan lagi
anak kamu..si erma, emak ingin kalian bisa membagi kebahagian dan kasih sayang
kalian secara adil dan rata. Emak gag mau nanti terjadi kesalah pahaman dan
percekcokan yang berujung seperti yang sudah-sudah..” kata emak lagi
“ ya itu juga
sudah saya pertimbangkan jauh – jauh hari, oleh karena itu maksud dan tujuan
dari rundingan ini selain dari ngomongin rencana pernikahan, juga mengenai si
erma kedepannya..” kata bapak
“ begini
saja..si Erma akan tetap emak dan babah yang ngurus. Kamu tidak usah khawatir
masalah erma, Cuma emak minta tolong sama kamu jangan pernah sekalipun
menyia-nyiakan si erma, sekalipun nanti kamu udah punya anak.
Malam itu
seusai mengaji aku dan beberapa teman sudah janjian akan bermain galah atau
permainan selodor. Memang Cuma permainan anak-anak dikampung, tapi permainan
itu sangat menyenangkan. Selain itu esok harinya kami libur sekolah jadi kami
bisa bermain sepuasnya, apalagi malam itu malam bulan purnama membuat permainan
semakin seru jadinya.
Malam pun kian larut aku dan mamangpun pulang kerumah yang
jaraknya tak jauh dari Masjid tempat kami mengaji.
“Assalamualaikum…”
“Waalaikum salam”
“ Aduh-aduh dari mana aja, kok baru pada pulang..” tanya
emak pada kami.
“ erma dan mamang habis maen galah didepan Masjid, kan besok
libur sekolah..ohya emak malam ini bulan purnama lho..wah seru banget maen
galahnya” Jelas erma disela-sela cuci tangan.
“ ohya kalo udah pada cuci tangan..terus pada makan ya..tadi
emak udah siapkan buat kalian”
Aku dan mamang pun segera menghampiri meja makan,
“ wah oyek lagi..oyek lagi…” kata mamang
“ ya udah gag apa-apa..yang penting sekarang kenyangin makan
nya..biar tidur nanti perutnya gag kosong..” kata bibi
********
Tak terasa waktu
bergulir begitu cepat aku kini tengah duduk dibangku Sekolah menegah Tingkat
Pertama, atau lebih keren nya dengan istilah SMP. Sejak duduk dibangku sekolah
dasar hingga kini dibangku SMP aku terbilang anak yang cerdas, sehingga untuk
masalah pelajaran hampir sama sekali tidak punya keluhan. Sehingga tak heran
kalau semua guru-guru disekolah sangat menyayangiku. Bahkan akupun selalu
menjadi perwakilan sekolah pada saat ada pertandingan antar sekolah baik untuk
tingkat kecamatan maupun untuk tingkat provinsi.
Seperti hal nya siang hari ini, pak Mustar telah mengumumkan
bahwa sekolah kami akan mengikuti olympiade matematika untuk tingkat
kabupaten. Memang tidak hanya aku saja
yang diajak untuk ikut serta mengikuti olympiade tersebut, masih ada beberapa
siswa lain yang rencananya akan turut serta menemaniku di olympiade tersebut.
“ nah anak-anak, bapak harap kalian bisa belajar lebih giat
lagi, bukan hanya untuk kebutuhan olympiade saja..tapi lebih pembuktian dari
tanggung jawab kalian sebagai siswa.” Jelas pak Mustar diakhir pengumumannya.
“ baik..Pak..” jawab siswa dengan serempak
“ ohya..kamu Erma dan Anita kasih tahu yang lainnya agar
mempersiapkan diri untuk olympiade nanti..” pinta pak mustar
“ Tapi..pak saya harus bilang ke orang tua dulu..” kata ku
“ ya gampang itu..oke sampai nanti ya..”
Pak mustar pun segera berlalu meninggalkan ruang kelas.
Sejenak suasana menjadi hiruk pikuk sepeninggalan pak Mustar. Beberapa dari
anak-anak ada yang berkemas karena memang sudah waktunya pulang. Tapi ada juga
yg masih asik bercanda, bahkan aku sendiri masih asik membahas persiapan
olympiade disaat bel akhir sekolah berbunyi. Segera ku kemasi buku – buku yang
masih berceceran dimeja.
Siang itu terasa panas, jalan yang biasa aku lewati terasa
gersang, terlebih pohon-pohon nya sudah mulai kering akibat musim kemarau yang
cukup lama. Aku biasa melewati jalan pintas ini dengan beberapa teman ku yang
satu kampung. Selain itu juga lebih cepat sampai menuju kesekolah. Karena jarak
sekolah dan rumah ku cukup jauh untuk ditempuh dengan jalan kaki. Makanya untuk
mengemat waktu aku dan beberapa teman yang lain menggunakan jalan pintas,
walaupun kami harus melewati hamparan sawah dan terjalnya kebun kopi milik
penduduk.
“Mak..minggu depan Erma mau lomba ke kabupaten..”
“ Lomba apa lagi..Er?”
“Lomba Olympiade Sekolah kebetulan Erma untuk bidang study
matematika..”
“ ya udah dipersiapkan…belajar lebih giat lagi..”
Aku hanya terdiam..ingin rasanya aku meminta pada emak
mengenai persiapan ke olympiade tersebut. Aku tak ingin terlihat lusuh dan
kumal didepan para peserta dan para juri tentunya. Aku ingin sekali memakai
baju yang layak dalam artian walau tidak baru tapi layak untuk dipakai tidak
koyak dan sepatu tidak robek dibagian jari nya…tapi mau bagaimana lagi aku tak
bisa menuntut lebih banyak lagi. Ya Alloh kenapa aku menjadi begini???bukan kah
tugasku masih banyak lagi, masih banyak yang harus kukerjakan dan kuselesaikan
dari pada hanya merenungi nasib yang hanya membuatku semakin sedih. Lebih baik
aku belajar lebih giat lagi untuk menghadapi olympiade nanti.
Hari itu adalah hari minggu semua perwakilan murid yang
telah ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam olympiade nanti, sudah pada
berkumpul di sekolah. Hari masih pagi kulihat semangat dari semua peserta olympiade
begitu antusias menyimak pengarahan yang diberikan oleh pak mustar selaku
kepala sekolah.
“ selamat pagi anak-anak…”
“ Pagi……pak..” jawab anak-anak serempak
“ hari ini bapak hanya ingin menegaskan mengenai persiapan
untuk olypiade besok, apakah kalian sudah siap..??? tanya Pak Mustar
“ Siap Pak..”
“ bagus..bapak berharap kalian sudah mempersiapkannya..dan
bapak ingin kalian bisa menjadi wakil sekolah yang bisa dibanggakan, hari ini
kita berkumpul disini sengaja bapak meminta kepada guru pembimbing kalian, agar
kalian benar-benar dipersiapkan sebelum pertarungan besok..dan kita masih punya
beberapa waktu kedepan hingga esok pagi, bapak telah meminta kepada guru
pembimbing agar kalian bisa berlatih atau istilah nya gladi resik..” kata pa mustar
“ untuk itu kegiatan gladi resik ini akan dikoodinir oleh
guru pembimbing kalian nanti..dari bapak hanya itu saja, adapun bila kurang
paham silahkan hubungi guru pembimbing kalian..” tambah pak mustar lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar