Album

Minggu, 05 Agustus 2012

Kasih Ibu


kasih ibu kepada beta..
tak terhingga sepanjang masa..
hanya memberi...
tak harap kembali..
bagai sang surya menyinari dunia...

Syair lagu yang syarat kasih dari seorang ibu. Namun tidak demikian dengan yang kualami. Perjalanan waktu dari detik  ke detik selalu merindukan kehadiran sesosok ibu yang hingga saat ini belum pernah kurasakan ketulusan kasihnya,kehangatan dekapannya dan bahkan aku tak pernah tahu seperti apa wajah ibuku, karena sejak aku berusia 1 bulan ibuku telah membuangku...ibu dimana kau ibu..???

Aku adalah seorang wanita yang kebanyakan orang bilang bahwa aku memiliki paras yang lumayan cantik dan manis. Aku sangat bersyukur ternyata aku masih diberikan kelebihan itu oleh Tuhan. Semenjak aku kecil hingga kini dewasa, aku belum pernah merasakan betapa senangnya mempunyai seorang ibu yang setiap hari membimbingku dan menina bobokan aku.mengajariku dan menjagaku, karena sedari kecil aku telah ditinggalkan begitu saja oleh ibuku yang telah melahirkan aku.

Nenekku bilang sejak kecil aku sudah ditinggalkan begitu saja oleh ibuku, hanya karena kurangnya keharmonisan dalam rumah tangga yang dijalaninya.Beruntung nenekku segera mengambilnya dari orang lain yang konon bukan siapa pun dari kerabat yang ada, dan tak terbayangkan apa jadinya jika saat itu aku benar-benar diberikan kepada orang lain. setidaknya sekarang aku masih bisa merasakan kehangatan suasana keluarga walaupun bukan dari seorang ibu yang selalu aku impikan.


Sejak kecil aku dibesarkan oleh keluarga dari bapakku, atau tepat nya kakek dan nenek dari pihak bapak, mulai dari usia 1 bulan, aku sudah dirawat oleh keluarga nenek dan kakek. Aku adalah anak pertama dari perkawinan antara Zainal dan Romiyati yaitu Bapak dan Ibu ku.Bapakku sunda dan ibuku jawa. Keluarga nenekku memang bukanlah keluarga berada, walau aku tahu kakek dan nenek memiliki beberapa bidang tanah yang mereka garap sebagai mata pencaharian keluarga kami. Di dalam keluarga, bapak adalah anak pertama dari 10 bersaudara, maklum waktu itu pemerintah masih belum menggalakan program keluarga berencana. bahkan orang tua dulu sering beristilah " banyak anak banyak rejeki".

Walau keluarga kakek terbilang keluarga besar dengan 10 orang anak, tapi kakek tak pernah mengeluh untuk membesarkan dan mendidik semua anak - anak nya termasuk aku sebagai cucunya. Aku sendiri memanggil kakek ku dengan sebutan Babah sementara untuk nenek aku memanggil Emak, gak tahu gimana awalnya, yang aku tahu adalah aku sudah terbiasa memanggil babah dan emak terhadap kakek dan nenek ku sendiri hingga kini.

Nenek pernah bilang padaku bahwa dulu pada saat aku masih kecil keluarga kami mengalami kesusahan, atau paceklik. tidak hanya dikeluarga kami tapi keadaan serupa dialami oleh semua warga atau tepatnya waktu itu kami mengalami musim paceklik. Kemarau yang berkepanjangan dan gagal panen dimana-mana. Untuk kebutuhan makan sehari-hari saja, keluarga kami terpaksa makan nasi pisang, yaitu nasi yang berasal dari pisang yang dipotong kecil berbentuk dadu dan dikukus lalu ditaburi parutan kelapa. Selain nasi pisang nenek juga membuat nasi oyek. yaitu nasi yang terbuat dari singkong yang diolah terlebih dahulu.Suatu kondisi yang cukup memprihatinkan, walau begitu tidak menyurutkan semangat babah dan emak untuk tetap membesarkan kami semua.

Tak terbayangkan betapa sulitnya waktu itu, babah dan emak berusaha membesarkan aku dengan kondisi yang serba kesusahan, jangankan untuk makan enak dengan lauk pauk, makan nasi dari beras saja sangat sulit sekali, karena mahalnya harga beras dan jarangnya persediaan beras membuat masyarakat terpaksa mengkonsumsi nasi yang terbuat dari singkon dan pisang.

Beruntung babah memiliki beberapa bidang tanah yang ditamani singkong, sehingga dari setiap hasil panen singkong babah tukarkan dengan sekaleng susu fullcream yang bergambar sapi betina. sehingga aku masih mendapat asupan gizi yang memadai. Tapi pernah juga disaat genting sekali dimana keluarga kami sudah tidak lagi memiliki sesuatu yang bisa kami tukar lagi dengan sekaleng susu maka aku pun terpaksa menyusu pada kerabat yang kebetulan memiliki bayi yang seusia dengan ku.


******

Krisis Moneter yang terjadi di Indonesia membawa dampak yang sangat parah bagi seluruh masyarakat di Indonesia, musim kemarau yang berkepanjangan dan gagal panen terjadi dimana-mana. begitu juga dengan keluarga babah dan emak.

Dusun yang tempat kami tinggal dan bernaung, dusun Tanjungsari desa Marga jaya kecamatan Padangratu, yang terlihat hijau..saat itu menjadi dusun yang gersang, tak ada yang bisa ditanami lagi selain tanaman ketala pohon atau singkong. Begitu pun dengan keluarga babah, bidang tanah yang seyogyanya ditanami padi dan palawija kini hanya tanaman singkong yang ada sejauh mata memandang. yah..berkat tanaman ini pula keluarga babah bisa menyambung hidup dan membeli kebutuhan pokok yang lainnya, termasuk kebutuhan susu formula untukku.waktu itu aku masih berumur belasan bulan saat terjadi paceklik kata emak.

"Rama..kira-kira neupi ka iraha nya usim paceklik teh..?? tanya emak kepada babah disuatu malam seusai mengupas singkong untuk dibikin nasi oyek.'' iih ari emak..bapak mah teu teurang, komo kahayang bapak mah hoyong geura rengse. Sing sabar wae atuh..alloh moal teuing mere cobaan ka umat na lamun teu aya jalan kaluarna. nah ayeuna mah kudu rajin-rajin ikhtiar jeung berdoa meh urang sakabeh diberi kamudahan jeung jalan kaluar pikeun masalah nu ayeuna keur dialaman ku sararea" kata babah penuh bijak mencoba menyemangati emak.

" lain emak teu narima kaayaan hirup ayeuna..tapi emak teh bingung, lamun teu bisa meli susu jang si Erma." jelas emak kepada babah,
"eta geura nya si emak..ulah kitu atuh, gusti Alloh paling teu resep ningali umat na nu putus asa. " Timpal babah sambil merapikan pekrjaannya. Malam itu pekerjaan mengupas singkong jadi lebih cepat karena hampir seluruh anggota keluarga yang ada turut anbil bagian membantu mengupas singkong.

Malam itu terasa begitu cepat berlalu, udara malam yang dingin lambat laun sirna berganti dengan sejuknya pagi yang cerah, namun cuaca pagi itu terasa sangat dingin. Anak-anak dusun Tanjungsari masih pada berselimut sarung sehingga yang terlihat hanya sebatas wajah saja. saking dingin nya mereka belum siap untuk terjun kedalam sungai,beberapa diantaranya ada yang memilih tidur diatas batu lebar yang biasa dipakai untuk mencuci oleh ibu-ibu didusun tersebut.

"Ayo lan..mandi engke mah kaburu datang ibu-ibu.." ajak koko kepada mislan sahabat karibnya,
" hayuuu..eh, kok malah selimutan lagi...engke mah kaburu beurang.." jelas koko lagi pada misalan sambil mencoba menarik sarung yang tengah dipakai mislan.
"Sreeettt...hahahahaha mislan telanjang...woy..mislan telanjang...hahahaha...liat..ngacung burungnya...hahaha
melihat gelagat tersebut mislan segera terjun kedalam sungai,
" kampret kamu ko..orang aku masih ngantuk malah diplorotin..." umpat mislan dari dalam sungai...diam diam mislan menyelinap ke tepi dibalik batu-batu besar dan.mendekati anak-anak lain yang masih asik pulas diatas batu.tiba-tiba
" woooyyy..siapa yang nyiram, sompret tenan lah " seru Hasan sambil ngedumel,
lagi -lagi mislan makin kencang menyiram air sungai kearah Hasan dan Endut.
" uuuuhhh dasar sompret...awas koe" !! seru endut segera melepas baju dan celana langsung terjun ke sungai disusul oleh Hasan yang sudah tak memakai baju dan celana segera terjun ke sungai.

"Woy...tar siang kita kekebon yuk"??? ajak koko pada sahabatnya.
"Tapi aku mengko arep ngarit dulu" jelas biyung disela-sela dingin yang menggigil
" eh yung mendingan koe ngaritnya mbe kita-kita, " kata mislan
'" hayooo..udahan tar keburu datang yang lain," ajak endut dan hasan.

tanpa aba-aba lagi kami berlima segera naik kedarat. kami adalah sekelompok sahabat yang selalu pergi main bersama bahkan kami pun tak jarang sering nginep dirumah masing-masing, begitu juga dengan aktivitas mandi, kami selalu melakukannya bersama tak perduli walau kami harus telanjang bulat yang penting kami bisa menikmati kebersamaan. Selesai mandi kami pun segera pulang kerumah masing-masing untuk selanjutnya menyiapkan diri pergi kesekolah yang letaknya tak jauh dari tempat tinggal kami.,.

Siang itu diladang singkong milik babah.
" lan sing okeh geh metik tangkai nya, biar wayang nya cepet jadi.." pinta koko pada mislan yang tengah mengumpulkan tangkai daun singkong.
"Tapi aku dibuatkan wayangnya juga...awas kalo gag dibuatkan..." jawab mislan.sesaat suasana hening hanya suara desir anging yang meniup pucuk daun singkong,
" sreek-sreek.."
tiiba-tiba terdengar suara aneh yang tak asing lagi, koko dan mislan saling berpandangan, mereka pun sesaat berbicara dalam bahasa isyarat seolah tidak ingin terdengar oleh pihak musuh, koko hanya mengankatkan kedua bahunya memberikan isyarat bahwa koko memang tidak tahu, lalu koko kembali memberi isyarat dengan meletakan jari telunjuk di bibir nya, dengan sebentar-sebentar telapak tangannya didekatkan ke bagian telinga untuk mendengarkan biar jelas.Baik mislan maupun koko sangat yakin kalou suara yang baru saja mereka dengar adalah suara dari babi hutan, hama pengganggu ladang singkong. mislan segera memberi aba - aba kepada koko untuk mengepung nya dengan posisi melingkar. mislan pun tak lupa menyiapkan ketapel dengan biji batu yang selalu ia bawa disaat pergi keladang. koko dan mislan mulai mengendap-endap mendekati sasaran..tapi ..

" Daaaarrrrr" serentak saja koko dan mislan terkejut dan trejerembab kebelakang diantara pohon singkong." hahahahahahahaha...hahahaha...kena lo, maka na ari ulin teh tong ninggalkeun..." kata endut yang suka jahil, tak lama disusul hasan dan biyung keluar dari persembunyian mereka.

" Untung wae urang can ngabidik...terlambat saetik we sirah maneh jadi sasaran katepel urang.." seru mislan.

***
Semenjak kepergian ibuku yaitu Romiyati, bapak ku menjadi streess, terlebih kepergiannya dengan sengaja memberikan bayinya yaitu aku kepada orang lain. menurut kabar ibuku meninggalkan bapakku demi orang ketiga, ya alloh cerita apa lagi ini yang harus kudengar. aku semakin bingung dan sulit untuk mencernanya. aku masih terlalu muda dan dini untuk bisa memaknai semuanya.Sifat arogan nya mulai menjadi. babah dan emak menjadi sedih dengan apa yang dialami oleh bapak.

" Nak..sudah lah..mungkin ini bukan jodohmu, kamu masih muda dan babah yakin masih ada yang bisa menggantikannya."
" bah..saya bukannya tidak nerima dengan keadaan ini, Tapi saya merasa dibohongi mentah-mentah, terlebih setelah dia meninggalkan darah dagingnya sendiri terus dikasih ke orang lain, memangnya si rom pikir Saya itu dianggap apa???" 

Semenjak kepergian ibuku kehidupan bapakku semakin tidak karuan, putus asa dan kesedihan menjadi menu utama setiap hari. Hingga akhirnya bapak memutuskan untuk pergi merantau.
Sudah hamper satu setengah tahun lamanya bapak ku memduda hingga akhirnya bapak menikahi seorang wanita yang cantik dan lembut yang bernama Bastinah. Mamah ubas begitulah nama akrab yang biasa aku panggil padanya. Adalah sosok wanita sekaligus seorang ibu yang sangat perhatian padaku. Dia adalah wanita asli dari Sumendo atau Ogan. Bagiku aku tak perlu mempermasalahkannya. Toh dia sangat saying dan mencintai aku seperti anaknya sendiri.
“ nah..hari ini mamah dah bikin kue buat erma..gimana rasanya..???”
“ hem lezat sekali..erma boleh nambah lagi gag??”
“ tentu sayang..ini semua untuk kamu…” kata mama ubas seraya memotong sebagian kue lagi untuk ku.
“ ohya ..erma mau bantu mamah gag??”
“ mau..mau..apa itu mah?
“ Nanti kalau kue nya sudah dihabis kan mamah pengin kamu mengantarkan kue ini ke emak dan babah..pasti mereka akan sangat senang..” pinta mamah ubas
Segera aku menghabiskan sisa kue yang ada..hem kenyang sekali rasanya. Aku pun segera mengantarkan kue buatan mamah ubas ke rumah emak dan babah yang letaknya tidak jauh dari rumah mamah ubas..
Dengan tergopoh-gopoh aku mengucapkan salam.
“ Assalammuallaikum..mak”
“ wa alaikum salam..” jawab emak dari dapur
“ ini ada kue buatan mamah untuk emak dan babah..” kata ku setibanya nya didapur
“ ohya mak, kuenya enak banget..erma aja udah habis dua potong lho..” jelasku kepada emak.
Akupun segera pamit kembali untuk pulang kerumah mamah ubas. Bapakku sepertinya bahagia sekali menyaksikan kerukunan yang kami miliki. Terlebih lagi bapakku sangat bahagia sekali begitu mengetahui bahwa mamah ubas sedang mengandung calon bayi, yah tepatnya calon adikku kelak.
Tanpa terasa usia kehamilan mamah sudah membesar. Kalau kebanyakan orang bilang she sudah waktunya. Aku jadi tak sabar ingin sekali mempunyai adik. Kira-kira sepeti siapa ya dia? Hem ..makin penasaran saja. Dan aku semakin menyayangi mamah ubas seperti mamah ku sendiri.
Pagi itu seperti biasa mamah sudah bangun pagi sekali bertepatan dengan suara adzan di masjid. Mamah segera pergi kesungai yang letaknya tak jauh dari rumah, untuk membersihkan diri dan mengambil air wudlu. Kuliat mamah ubas begitu khusyuk dalam menjalankan solat shubuh nya. Hingga rokaat yang terakhir. Selesai menunaikan ibadah solat subuh mamah pun pergi kedapur untuk membuat sarapan pagi, memasak air untuk mandi aku.
“ ayo erma bangun dulu sayang udah siang..nanti malu akh, masa sicantik kok bangunnya telat gitu..”
“ iya mah..tapi mata erma masih ngantuk nich..”
“ iya mamah juga tahu..tapi kalo sudah mandi kantuknya hilang kok.”
“Tapi mandinya gag mau pake air dingin akh..mau pake air hangat aja…” kata ku manja.
Tak lama kemudian aku pun sudah rapi. Aku sudah memakai baju dengan rapi.
“ ohya erma..nanti siang erma main sama mamang dulu ya..mamah nanti siang mau pergi dulu..”
“ lo mamah mau kemana seh, mamah mau berobat ya?? Tanyaku penasaran..
“ tidak sayang mamah mau pergi jauh,..erma janji jangan nakal ya selama mamah pergi nanti..”
“ baik mah..”
Seusai memberiku sarapan mamah pun merapihkan rumah, menyapu dan mengepel lantai, kemudian memasak untuk makan siang.
“ Nah akhirnya selesai juga tugas hari ini…ohya erma, mamah mau istirahat dulu ya” kata mamah seraya masuk kedalam kamar. Kulihat dari balik hordeng mamah memang sangat capai sekali hari ini, ia pun mengambil bantal dan sejenak istirahat. Aku segera pergi keluar, aku tak ingin aktifitas ku malah mengganggu istirahat mamah ubas.
Walau usia ku saat itu baru tiga tahun, tapi aku sudah mampu membantu hal-hal kecil yang membuat orang semakin suka melihat ku, termasuk mamah ubas.
“ Assallammuallaikum..”
“ wa alaikum salam..” jawab ku seraya membukakan pintu.
“ mamah ubas nya kemana er..?” Tanya emak yang waktu itu mampir sepulang dari mencuci dikali.
“ ada mak..mamah nya sedang istirahat..dulu, tadi mah bilangnya begitu..”
“ hari ini mamah gag mencuci baju ya?”
“ kayak nya she enggak..soalnya nanti siang mamah mau pergi..” jawabku polos
  ooohh..nanti kalau mamah udah bangun, bilangin ya..ibu paraji nanti siang mau kesini mau ngurut mamah..” kata emak seraya berlalu
“ iya nanti erma sampaikan..”
Dirumah sepi sekali..bapak pergi kekebon untuk menunas kopi dan mamah ubas lagi istirahat. Perlahan aku berjingkat mengahampiri pintu dan pelan sekali aku membukanya karna takut suara pintunya akan membangunkan mamah ubas. Perlahan lahan kaki ku melangkah, dan aku pun segera melangkahkan kaki ke rumah emak.
Sesampainya dirumah emak kulihat sosok wanita tua sekali, ia memandangiku dari atas hingga kaki. Aku jadi penasaran, apakah wanita ini yang dimaksud emak tadi ya? Tanyaku dalam hati.
“ edoh..ari ieu budak saha..???” Tanya wanita itu kepada emak
“budakna si zaenal anu ti pertama..”
“ooohhh…kutan the geus gede..sabaraha tahun? Aya 3 tahunan eweuh? “
“ Engke bulan juni nincak 3 tahun.” Jawab emak lagi.
“ ohya erma..mamahnya udah bangun belum”?? Tanya emak
“belum mak..Ya udah biar erma yang bangunin mak, siapa tahu mamah ubas sudah bangun..”  kata ku sambil berlalu menuju kerumah.
Sesampainya dirumah aku segera menuju kamar, kudapati mamah sedang tertidur begitu nyenyak dengan posisi tertidur miring. Akupun mulai menggoyangkan tubuh dan kakinya, tapi mamah tidak bangun juga. Kuraba tangan dan wajahnya ya alloh ternyata mamah sedang sakit. Seluruh tubuhnya terasa dingin dan kaku. Tanpa panjang lebar aku pun segera berlari menemui emak.
“ mak…emak..mamah nya gag bangun-bangun, kayaknya sakit, soalnya tadi erma pegang tangan dan wajahnya pada dingin semua..” kata ku dengan nafas terengah-engah.
“ Hayu akh nini..urang tempo heula, bisi gearing bener,..” ajak emak kepada wanita yang dikatakannya sebagai dukun paraji.
Aku hanya mengikuti dari belakang. Begiitu sampai dirumah, emakpun langsung menuju kamar dan segera memeriksa keadaan mamah ubas. Tapi tiba-tiba emak menjadi lunglai dan lemas begitu saja.
“ edoh ari maneh kunaon..??” Tanya nini paraji penasaran
“ Ni..si ubas..”
“ iya..si ubas kunaon..” Tanya nini makin penasaran
“ si ubas tos teu aya..” jawab emak kelu dengan terbata-bata.
“ alah maneh mah ulah sok guyon..” kata nini lagi seraya tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh emak, nini paraji pun segera memeriksa denyut nadi pada tangan mamah ubas.Nini semaki tak percaya dengan apa yang ia raba, badannya mulai melemas dlunglai. Sementara itu emak sudah mulai menagis sejadi-jadinya. Aku menjadi bingung, ada apa sebenarnya yang terjadi, kenapa emak dan nini paraji pada nangis. Kenapa mamah juga tidak bangun-bangun,
Didalam kebingungan ku aku segera keluar dari rumah dan mencari bapak ke kebon kopi. Aku teriak sejadi-jadinya agar suaraku dapat terdengar oleh bapak yang tengah menunas kopi dikebon.
“ bapaaaaaaakkkkkk….Bapppaaaaaakkkk…Bapaaaakkk…” teriakku
“uuuuuyyyyyy…” terdengar sambutan dari arah depan ku. Aku bersyukur ternyata suara ku mudah dikenali. Aku berlari menuju arah suara tersebut.
“ Pak..cepet pulang..emak lagi nangis..” kata ku terengah-engah
Tanpa panjang lebar lagi babah juga bapakku segera pulang kerumah. Sesampainya dirumah kulihat banyak orang yang berdatangan ke rumah ku. Wajah mereka terlihat sedih dengan air mata yang terus mengalir. Aku makin bingung ada apa dirumah ini..kenapa semua orang mengangis,bapakku juga menangis.
Kudengar lafad “ inalillahi wa inna ilaihi rojiun” dari setiap orang yang memasuki kamar diamana mamah ubas terbaring nyenyak. Hari semakin siang, semakin banyak orang yang datang, bapakku hanya bisa memelukku erat dengan linangan air mata dipipinya, saat prosesi pengkafanan pada jenazah sudah usai.
Mamah ubas telah pergi untuk selamanya. Pergi meninggalkan aku untuk selamnya, kulihat keranda yang membawa jenazah mamah ubas bergerak menuju kepemakaman yang tak jauh dari rumah emak. Sambil diiringi oleh langkah gontai semua orang yang merasa kehilangan akan mamah ubas. Itulah masa terakhir aku melihatnya. Hanya tinggal kenangan yang tersisa dalam benakku.
Seminggu sudah sejak kepergian mamah ubas, suasana menjadi sepi dan layu, aku kembali lagi bersama emak dan babah setelah mamah ubas tiada. Belum sirna penderitaan dan kesedihan yang dialami oleh bapak ku, kini harus menahan kesedihan yang makin dalam atas kepergian wanita yang dicintainya. Ya alloh andai saja aku dapat merasakan apa yang bapakku rasakan. Tentu duka ini akan segera sirna. Satu kenangan yang tak mungkin dapat aku hapus selama hidup ku. Dimana aku masih diberi kesempatan menikmati kasih sayang dari seorang wanita, walau pun itu bukan ibu kandungku.
*****
Tanpa terasa waktu bergulir cepat. 3 tahun berlalu bapak ku sudah bisa menerima keadaan pahit yang dialaminya. Hingga akhirnya bapak memutuskan untuk mencoba membangun rumah tangga kembali. Bapak pun mengenalkan seorang wanita yang berasal dari banten, Atin namanya. Bapak menikah dengan wanita itu. Semenjak menikah dengan mamah atin bapak merencanakan untuk merantau. Hal ini dilakukan semata-mata tidak ingin melihat kenangan yang selama ini telah membuatnya menderita dan terluka. Biarlah bapak pergi toh aku masih memiliki emak dan babah juga dan yang lainnya, yang selalu memberikan kebahagian untukku.
“ mak…bah..zaenal nitip erma, zaenal bukannya tega..tapi terus terang zaenal gag bisa untuk tinggal disini terus, kalau setiap saat zaenal harus melihat kenangan pahit, biarlah zaenal mencoba kehidupan baru diluar sana, zaenal minta doa restunya dari emak dan babah..” kata bapakku disaat pamit sebelum akhirnya berpisah.
“ ya sama-sama zaenal…emak juga babah ikut sedih kalau zaenal sedih, tapi kalau memang ini sudah menjadi keinginan buat zaenal kedepannya..emak juga babah Cuma bisa mendoakan semoga kamu bahagia di luar sana.” Kata emak
Sejenak suasana haru pun menyelimuti kepergian bapakku ke rantau. Bapak pergi merantau untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
Hari-hari yang kulalui tanpa kasih sayang dari bapak dan ibu sangatlah berat bagiku. Aku selalu berharap suatu hari aku masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan ibu kandungku walau dalam keadaan sepahit apapun, aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin membalas budi padanya aku ingin bermanja dan berbagi kesedihan juga kebahagian yang saat ini tengah kualami. Tapi aku sendiri tak tahu akan sampai kapan kah aku merasakan kesepian, kehausan akan kasih seorang ibu. Walau kini aku merasakan bahagia dalam hidupku tapi bukan itu yang ku mau. Aku mau kebahagian itu datang dari seorang ibu yang telah melahirkan ku ke dunia ini, bukan kebahagian yang selama ini aku dapat kan, kebahagian dari nenek dan kakek ku.
Terkadang dalam kesendirianku aku selalu termenung dan bertanya dalam hatiku dimanakah ibuku ya Tuhan? Dosa apa yang telah ku perbuat hingga aku harus menerima kesedihan ini. Kalau memang dia telah tiada tunjukan padaku dimana letak kuburnya, dan kalau pun ia masih hidup dimana ia berada kini…
“ Erma.., erma..erma..kok bengong..” Tanya bibi suatu hari
“ akh engga bi..gak apa-apa kok erma Cuma kangen sama ibu erma..” kata ku keceplosan..” bukan..maksud erma, erma Cuma lagi kangen sama mamah ubas kok..” kata erma meralat.
“ sudah lah erma sekarang mending mandi dulu..nanti kalo dah mandi kan seger lagi dech..” saran bibi agen.
Aku pun segera beranjak meninggalkan bibi sendiri diruang tamu, segera kuambil handuk dan ember sabun lalu bergegas pergi ke kali untuk mandi.
“ Maafkan bibi ya erma..bukannya bibi tak mau memberitahukan tentang ibu kandungmu..tapi saat ini kamu masih terlalu dini untuk bisa mengerti permasalahan yang sebenarnya.” Kata bibi sepeninggalan erma
“ bibi juga tak ingin erma membenci ibu kandung erma jika nanti erma tahu keadaan yang sebenarnya terjadi pada ibumu” kata bibi
Tak terasa sudah setahun lebih aku tidak bertemu dengan bapakku, bagaimana kabarnya disana? Aku semakin merindukannya. Aku berharap bapakku kembali lagi dan bisa berkumpul kembali seperti dulu. Tentunya dengan keluarga yang baru.
Siang itu sebuah mobil colt mini berhenti didepan rumah babah, seorang pria dengan pakaian lusuh, turun dari mobil dengan membawa sebuah ransel tentara berwarna hijau botol dipundaknya. Langkahnya begitu gontai tak bersemangat. Wajahnya terlihat tua dengan kumis dan jenggot yang sudah tak terawatt. Aku, emak dan babah yang saat itu tengah menjemur oyek menghentikan sejenak aktifitas saat tahu ada seseorang yang memasuki pekarangan rumah kami. Emak dan babah saling pandang penuh tanda Tanya. Tiba-tiba..
“Emak..Babah..maafin Zaenal mak…” sambil bersimpuh dikaki emak
“ ini teh saha…???” Tanya emak penasaran
“ abdi the zaenal…emak anak emak” kata lelaki itu sambil terus menagis dan bersimpuh dikaki emak.
Emak tak kuasa menahan air matanya. Ia tak percaya bahwa yang ada dihadapanya adalah zaenal anaknya.Aku serentak kaget begitu mendengar bahwa lelaki itu adalah bapakku. Aku mencoba beranikan diri untuk mendekati bapakku.
“ kesini nak..sini nak..ini bapak…”
Aku begitu malu-malu mendekatinya. Tak lama kemudian suasana haru menjadi lumer. Perasaan sungkan menjadi rasa kangen yang ada. Bapakpun segera kuajak masuk kedalam rumah.
“ zaenal..gimana kabarnya atin..? kenapa kalian tidak datang berdua kesini..” Tanya babah saat ia tahu bahwa bapakku datang hanya seorang diri.
‘ Puguhan..kieu..lalakon na..saya the kadie lain sengaja..hayang ulin tapi aya sebab ku sabab na…saya dan atin sudah tidak cocok lagi..” jawab bapakku tertunduk
“ gimana ceritanyanya..?” Tanya emak
“ ya mungkin bukan jodoh saya..” jawab bapakku sambil menerawang seolah ingin mengingat persis apa yang terjadi selama berada dirantau.
Bapakku mulai menceritakan kalao pernikahannya dengan atin tidak berujung pada kebahagiaan yang dia cari. Atin lebih memilih memgikuti kemauan kedua orang tuanya ketimbang kata-kata suaminya. Orang tuanya tak inging melihat atin menderita lebih lama jika terus mempertahankan pernikahan dengan bapakku. Dan konon saat ini hasil dari pernikahan dengan atin bapakku memiliki seorang anak laki-laki.
“terus..sekarang anak kamu diasuh siapa? Kalau atin tidak mau lagi melanjutkan hubungan kalian…?” Tanya babah
“ saat ini diurus oleh neneknya..”
“ ya syukur lah klo ada yang ngurus..sekarang klo memang sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk kedepapnnya..biar besok babah akan urus masalh percerainya. “ kata babah
“ setidaknya mungkin itu yang terbaik untuk saat ini, dari pada kamu bersikeras untuk mempertahankannya. “ tambah emak
“ mungkin dalam waktu 3 hari kedepan babah akan kesana menemui keluarga atin..soalnya babah juga perlu menyiapkan keperluan dan onkosnya..”
“ iya..zaenal..siapa tahu besok oyek ini sudah kering jadi bisa kita jual untuk ongkos ke sana..” kata emak
Seperti apa yang sudah direncanakan sebelumnya bahwa pada hari ini babah dan emak juga bapak ku, akan pergi ke Mesuji dimana tempat itu adalah tujuan perantauan bapakku dulu saat berpamitan dulu sewaktu selesai resepsi pernikahan nya dulu. Bapak dan mamah atin memang pergi merantau ke Mesuji sewaktu menjadi pengantin baru. Dan disana pula bapakku menjalani kehidupan berumah tangga bersama mamah atin.
Kini babah dan emak juga bapak pergi lagi ke Mesuji bukan untuk merantau tapi untuk meluruskan permasalahan perceraian bapak ku dan mamah atin. Ya Alloh kenapa harus selalu begini?? Mengapa disaat aku baru ingin merasakan sedikit kebahagian lalu kau ambil lagi kebahagian itu..mengapa ya alloh
Perjalanan dari dusun ku Tanjung sari ke Mesuji ditempuh dengan setengah hari perjalanan. Itu termasuk cepat karena menggunakan kendaraan motor yang waktu itu babah sengaja menyewa dari salah seorang teman babah.
Siang itu babah dan emak juga bapak ku sudah sampai di Mesuji, disebuah rumah kecil yang berdinding papan, dengan atap dari seng. Dengan memiliki hanya satu buah kamar tidur. Ya begitulah kondisi kebanyakan rumah yang ada didaerah transmigrasi, kecil dan berderet sepanjang jalan perkebunan sawit dan karet .
Motor pun segera diparkir didepan rumah. Mendengar ada suara motor, penghuni rumah pun segera keluar, tapi bukan untuk menyambut kedatangan babah dan emak atau pun bapak ku, melainkan serta merta memaki dan mengusir bapak ku.
“ untuk apa akang datang lagi…” kata mamah atin saat tahu yang datang adalah bapakku.
“ ya akang datang kesini untuk menyelesaikan permasalahan kita..” jawab bapak ku
“ atin..babah juga emak datang kesini bukan untuk mencari ribut tapi ingin meluruskan permasalahan yang kalian alami..” kata babah
“ iya atin..emak jauh-jauh datang kesini semata-mata karena emak kasihan sama kalian berdua..zaenal juga atin..” kata emak menambahkan
“ apalagi emak denger dari zaenal bahwa kalian sudah punya anak laki-laki..masa emak sebagai neneknya gak boleh lihat cucu sendiri..” tambah emak lagi
“ sudah atin..jangan diladenin orang begitu mah..lebih baek kamu masuk “ kata seorang laki-laki dari dalam rumah.
“ iya bah..” kata atin seraya masuk kedalam rumah dan meninggalkan emak, babah dan bapak didepan rumah.
“ atin..atin..atin…buka dulu pintunya, biarkan akang bicara dulu, akang tahu kamu kecewa sama akang tapi tolong jangan libatkan orang tua akang yang sudah jauh-jauh datang kesini..” kata bapak ku didepan pintu
“ akang tahu ini tidak mudah bagi kita untuk diteruskan..tapi akang mohon..tolong jangan persulit keadaan kalau atin memang menginginkan permasalahan ini cepat selesai..” kata bapak ku
“ baik..dengan satu syarat..atin tidak mau mengurus anak hasil dari perkawinan yang sialan ini..” teriak atin dari dalam rumah.
“ ya..akang bersedia merawatnya…tapi tolong buka dulu pintunya..” pinta bapak ku
Tak lama kemudian pintu itu terbuka perlahan, sesosok lelaki dari dalam pun mempersilahkan masuk dengan tanpa basa-basi.
“ begini Pak..kita tak usah bertele-tele, langsung ke pokok permasalahan saja. Mulai sekarang saya mohon sama keluarga bapak terutama pada zaenal untuk segera menceraikan anak saya atin..” kata bapak nya atin dengan tegas
“ saya tak mau kalau nanti anak saya harus hidup dalam kesengsaraan..” kata bapak atin lagi
“ maaf beribu-ribu maaf, saya sebagai orang tua tidak punya hak untuk mencampuri kehidupan rumah tangga, walau pun itu anak sendiri.” Jelas babah
“ sebagai orang tua wajib menasehati anaknya bila dalam kesulitan bukan memojokan anak apalagi mengompori anak supaya bercerai..” kata babah dengan sengit
“ bapak menuduh saya ya..” kata bapak atin berang
“ saya bukan menuduh bapak..tapi saya mohon ke bapak..tolong beri nasehat, beri petunjuk kalau anak-anak selama ini ada dalam kehilafan..” kata babah lagi
“ akh..sudah, begini saja..Atin..tolong panggil ibu kamu suruh skalian bawa si syarif setelah itu kamu panggil juga pak Rt kalau ada..” kata bapaknya atin
Atin pun segera keluar dan berlalu meninggalkan ruangan untuk memanggil ibunya. Tak lama kemudian masuklah seorang ibu sambil menggendong seorang bayi laki-laki yang baru berumur enam bulan. Disusul seorang lelaki yang katanya adalah ketua Rt setempat.
“ baiklah..karena semua sudah kumpul dan disaksikan langsung oleh pak Rt, saya atas nama keluarga atin meminta kepada bapak dalam hal ini zaenal untuk segera menceraikan anak saya.” Kata bapak atin
“ bagaimana dari pihak keluarga Pak suhaya, apa merasa keberatan dengan permintaan dari keluarga atin..” kata pak Rt
“ Saya sebenarnya merasa keberatan sekali, tapi apa mau dikata..kalau memang sudah tidak bisa lagi untuk dipertahankan malah akan menjadi kurang bagus.” Kata babah
Akhirnya walau harus dengan berat hati babah menyaksikan perceraian ini, tapi babah sendiri tidak kuasa untuk menahannya keutuhan dari rumah tangga tersebut. Satu pelajaran lagi yang didapat oleh bapak ku dalam berumah tangga. Setelah selesai mengurus semua administrasinya, akhirnya babah dan emak juga bapak pulang kembali ke dusun dengan membawa sikecil syarif, yang saat itu baru enam bulan usianya.
Ke esokan harinya babah dan emak juga bapak tiba di dusun Tanjung sari bersama sikecil syarif. Aku merasa gembira karena memiliki seorang adik laki-laki yang lucu. Tapi aku tidak melihat dan merasakan kebahagian pada bapak ku sendiri. Ya Alloh cobaan apa lagi yang kau berikan pada bapak ku..mengapa ia selalu gagal dalam menjalani bahtera rumah tangga ini ya alloh..
Kedatangan babah juga emak dari Mesuji disambut meriah oleh sanak kerabat yang lain, mereka bergembira terlebih ingin melihat sikecil syarif yang baru datang dari Mesuji. Tapi tidak bagi bapak ku. Ia lebih banyak mengurung diri didalam kamar..babah maupun emak tidak bisa berbuat banyak terhadap bapak ku.
Hari-hari yang dijalani bapak terasa hampa, duka yang mendalam tak kunjung sirna jua dari kehidupan kami, berturut-turut bapak didera oleh derita kegagalan dalam berumah tangga. Mulai dari perkawinan pertamanya dengan ibu ku romiyati, yang kandas begitu saja karena orang ketiga, bapak ku juga aku dicampakkan begitu saja. Lalu menikah lagi dengan seorang wanita asal ogan sumendo yang bernama bastinah atau aku sering memanggilnya mamah ubas. Perkawinan yang ke dua kandas lagi karena mamah ubas dipanggil lebih dulu oleh yang maha kuasa. Kepergian mamah ubas sangat mengguncangkan jiwa bapak. Hamper nyaris gila bapak dibuatnya. Untunglah akhirnya bapak memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang gadis dari banten yaitu mamah atin. Di pernikahan yang ketiganya, bapak memiliki seorang anak laki-laki yang bernama syarif. Namun pernikahan yang ketiga pun gagal lagi karena terlalu banyak nya rongrongan dari pihak atin. Sehingga dengan sangat  terpaksa dan berat hati bapak mengikuti keinginan dari pihak keluarga atin untuk bercerai walau pun terasa berat.

Aku yang saat itu masih baru menginjak usia sekitar 4 tahun. Belum mengerti tentang semua kehidupan yang terjadi. Yang kutahu hanyalah saat itu aku merasakan betapa bahagianya masa kecilku. Aku memeiliki babah dan emak juga mamang dan bibi yang selalu menjagaku, memberikan kebahagian dan kehangatan.

Meskipun kehidupan masa kecilku jauh sekali dari kata berkecukupan, bahkan untuk membayar uang sekolahku saja babah dan emak harus bekerja lebih keras lagi, termasuk membuat dan mengolah singkong menjadi panganan yang disebut Oyek. Untuk bisa dijual kepasar.
Beruntung emak masih memiliki seorang anak yang suami nya saat itu menjabat sebagai kepala dusun dikampung ku. Uwak  memang sering berkunjung dan mengirimi emak sembako untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kami jalani.Yah ..walau tidak banyak dan jarang  tapi cukup membantu perekonomian keluarga emak terutama disaat seperti sekarang. Disaat perekonomian semakin sulit untuk mendapatkan kebutuhan bahan pokok.
Berkat uwak  juga aku masih bertahan hidup karena disaat emak kesulitan mendapatkan susu formula untuk ku, uwa selalu menyisihkan uangnya untuk membelikan susu formula untuku. Saat itu memang sedikit sulit untuk mendapatkan sekaleng susu full cream. Beruntung emak memilih susu full cream Dancow yang saat itu harganya sangat terjangkau untuk kalangan ekonomi bawah. Jika dibandingkan dengan brand yang lain.
Aku tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sehat. Saat masih kecil aku jarang sakit bahkan aku terbilang jarang minum obat sakit atau pun vitamin sepertinya layaknya anak-anak sekarang hamper setiap ibu-ibu selalu memberikan suplemen berupa vitamin buat anak tersayangnya. Tapi aku sendiri tidak pernah sama sekali. Emak selalu membiasakan agar aku senantiasa mengkonsumsi buah dan sayur yang ada. Walau Cuma sebatas buah pisang yang ku makan.
Waktu pun bergulir begitu cepat, siang itu kulihat babah, emak , bapak juga anggota keluarga yang lain tengah berkumpul diruang tengah. Mereka tengah merundingkan rencana pernikahan bapak ku. Ya Alloh..aku mohon pada mu jadikan ini perkawinan yang terakhirnya..jangan lah kau berikan cobaan lagi kepada bapak ku. Cukup lah yang kemaren saja bapak mengalami kepedihan dan kepahitan berumah tangga. Tiga kali gagal dan kandas dalam berumah tangga membuat bapak semakin terpuruk dengan cobaan yang bertubi-tubi.
“ Jadi kapan rencananya kamu akan melamar..?” Tanya babah
“ Saya belum tahu pastinya kapan, karena saya juga harus lebih hati-hati juga mempertimbangkan lebih matang lagi..” jawab bapak ku sambil menghela napas sejenak.
“ saya juga gag mau gagal dan kandas seperti kemaren..” kata bapak lirih
“ ya kalo emak Cuma bisa pesen sama kamu, yang lalu ya sudah biarkan berlalu, setiap orang pasti punya masa sulit dan kenangan pahit, dan jadikan itu sebagai pelajaran buat kamu kedepannya.” Kata emak
“ Kalau kamu sudah merasa cocok dengan yang sekarang, Cuma saja perlu kamu perhatikan lagi anak kamu..si erma, emak ingin kalian bisa membagi kebahagian dan kasih sayang kalian secara adil dan rata. Emak gag mau nanti terjadi kesalah pahaman dan percekcokan yang berujung seperti yang sudah-sudah..” kata emak lagi
“ ya itu juga sudah saya pertimbangkan jauh – jauh hari, oleh karena itu maksud dan tujuan dari rundingan ini selain dari ngomongin rencana pernikahan, juga mengenai si erma kedepannya..” kata bapak
“ begini saja..si Erma akan tetap emak dan babah yang ngurus. Kamu tidak usah khawatir masalah erma, Cuma emak minta tolong sama kamu jangan pernah sekalipun menyia-nyiakan si erma, sekalipun nanti kamu udah punya anak.

Malam itu seusai mengaji aku dan beberapa teman sudah janjian akan bermain galah atau permainan selodor. Memang Cuma permainan anak-anak dikampung, tapi permainan itu sangat menyenangkan. Selain itu esok harinya kami libur sekolah jadi kami bisa bermain sepuasnya, apalagi malam itu malam bulan purnama membuat permainan semakin seru jadinya.
Malam pun kian larut aku dan mamangpun pulang kerumah yang jaraknya tak jauh dari Masjid tempat kami mengaji.

“Assalamualaikum…”
“Waalaikum salam”
“ Aduh-aduh dari mana aja, kok baru pada pulang..” tanya emak pada kami.
“ erma dan mamang habis maen galah didepan Masjid, kan besok libur sekolah..ohya emak malam ini bulan purnama lho..wah seru banget maen galahnya” Jelas erma disela-sela cuci tangan.
“ ohya kalo udah pada cuci tangan..terus pada makan ya..tadi emak udah siapkan buat kalian”

Aku dan mamang pun segera menghampiri meja makan,

“ wah oyek lagi..oyek lagi…” kata mamang
“ ya udah gag apa-apa..yang penting sekarang kenyangin makan nya..biar tidur nanti perutnya gag kosong..” kata bibi

********
 Tak terasa waktu bergulir begitu cepat aku kini tengah duduk dibangku Sekolah menegah Tingkat Pertama, atau lebih keren nya dengan istilah SMP. Sejak duduk dibangku sekolah dasar hingga kini dibangku SMP aku terbilang anak yang cerdas, sehingga untuk masalah pelajaran hampir sama sekali tidak punya keluhan. Sehingga tak heran kalau semua guru-guru disekolah sangat menyayangiku. Bahkan akupun selalu menjadi perwakilan sekolah pada saat ada pertandingan antar sekolah baik untuk tingkat kecamatan maupun untuk tingkat provinsi.
Seperti hal nya siang hari ini, pak Mustar telah mengumumkan bahwa sekolah kami akan mengikuti olympiade matematika untuk tingkat kabupaten.  Memang tidak hanya aku saja yang diajak untuk ikut serta mengikuti olympiade tersebut, masih ada beberapa siswa lain yang rencananya akan turut serta menemaniku di olympiade tersebut.

“ nah anak-anak, bapak harap kalian bisa belajar lebih giat lagi, bukan hanya untuk kebutuhan olympiade saja..tapi lebih pembuktian dari tanggung jawab kalian sebagai siswa.” Jelas pak Mustar diakhir pengumumannya.

“ baik..Pak..” jawab siswa dengan serempak
“ ohya..kamu Erma dan Anita kasih tahu yang lainnya agar mempersiapkan diri untuk olympiade nanti..” pinta pak mustar
“ Tapi..pak saya harus bilang ke orang tua dulu..” kata ku
“ ya gampang itu..oke sampai nanti ya..”

Pak mustar pun segera berlalu meninggalkan ruang kelas. Sejenak suasana menjadi hiruk pikuk sepeninggalan pak Mustar. Beberapa dari anak-anak ada yang berkemas karena memang sudah waktunya pulang. Tapi ada juga yg masih asik bercanda, bahkan aku sendiri masih asik membahas persiapan olympiade disaat bel akhir sekolah berbunyi. Segera ku kemasi buku – buku yang masih berceceran dimeja.

Siang itu terasa panas, jalan yang biasa aku lewati terasa gersang, terlebih pohon-pohon nya sudah mulai kering akibat musim kemarau yang cukup lama. Aku biasa melewati jalan pintas ini dengan beberapa teman ku yang satu kampung. Selain itu juga lebih cepat sampai menuju kesekolah. Karena jarak sekolah dan rumah ku cukup jauh untuk ditempuh dengan jalan kaki. Makanya untuk mengemat waktu aku dan beberapa teman yang lain menggunakan jalan pintas, walaupun kami harus melewati hamparan sawah dan terjalnya kebun kopi milik penduduk.

“Mak..minggu depan Erma mau lomba ke kabupaten..”
“ Lomba apa lagi..Er?”
“Lomba Olympiade Sekolah kebetulan Erma untuk bidang study matematika..”
“ ya udah dipersiapkan…belajar lebih giat lagi..”

Aku hanya terdiam..ingin rasanya aku meminta pada emak mengenai persiapan ke olympiade tersebut. Aku tak ingin terlihat lusuh dan kumal didepan para peserta dan para juri tentunya. Aku ingin sekali memakai baju yang layak dalam artian walau tidak baru tapi layak untuk dipakai tidak koyak dan sepatu tidak robek dibagian jari nya…tapi mau bagaimana lagi aku tak bisa menuntut lebih banyak lagi. Ya Alloh kenapa aku menjadi begini???bukan kah tugasku masih banyak lagi, masih banyak yang harus kukerjakan dan kuselesaikan dari pada hanya merenungi nasib yang hanya membuatku semakin sedih. Lebih baik aku belajar lebih giat lagi untuk menghadapi olympiade nanti.

Hari itu adalah hari minggu semua perwakilan murid yang telah ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam olympiade nanti, sudah pada berkumpul di sekolah. Hari masih pagi kulihat semangat dari semua peserta olympiade begitu antusias menyimak pengarahan yang diberikan oleh pak mustar selaku kepala sekolah.



“ selamat pagi anak-anak…”
“ Pagi……pak..” jawab anak-anak serempak
“ hari ini bapak hanya ingin menegaskan mengenai persiapan untuk olypiade besok, apakah kalian sudah siap..??? tanya Pak Mustar
“ Siap Pak..”
“ bagus..bapak berharap kalian sudah mempersiapkannya..dan bapak ingin kalian bisa menjadi wakil sekolah yang bisa dibanggakan, hari ini kita berkumpul disini sengaja bapak meminta kepada guru pembimbing kalian, agar kalian benar-benar dipersiapkan sebelum pertarungan besok..dan kita masih punya beberapa waktu kedepan hingga esok pagi, bapak telah meminta kepada guru pembimbing agar kalian bisa berlatih atau istilah nya gladi resik..” kata pa mustar
“ untuk itu kegiatan gladi resik ini akan dikoodinir oleh guru pembimbing kalian nanti..dari bapak hanya itu saja, adapun bila kurang paham silahkan hubungi guru pembimbing kalian..” tambah pak mustar lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar